Judul :
Anak-anak Langit
Penulis :
Zhaenal Fanani
Editor :
Nisrina Lubis
Penerbit :
Laksana, Yogyakarta
Cetakan :
Pertama, Juni 2011
Tebal :
423 Halaman
ISBN :
978-602-978-595-1
Perjuangan anak-anak jalanan
terpotret secara apik dalam novel berjudul “Anak-anak Langit”. Judul novel ini saya temukan dalam salah satu karya
Tan Malaka, “Dari Penjera ke Penjara”. Entah dari mana Zhaenal
mendapatkan istilah tersebut,
terinspirasi setelah membaca karya Tan Malaka juga atau mendapatkannya dari
inspirasi lain. Namun, kisah Ziza yang
memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi memang sesuai dengan judulnya.
Alur cerita dalam novel ini kurang
begitu menyenangkan. Banyak alur cerita yang tidak sistematis dan terputus.
Bahkan, yang begitu mencolok adalah alur di akhir cerita yang dimunculkan
justru perjuangan Ziza dalam meyakini Jangkaru dan orangtuanya, dan keberhasilan
bujukan atas orangtua Jangkaru. Nasib Ziza dan bapaknya justru menghilang tanpa
disinggung sedikitpun. Kelanjutan kisah Ziza seolah terpotong, karena Fanani
tidak menjelaskan apakah Ziza menemukan ayahnya atau tidak?
Kendati demikian, Fanani hanya ingin
memunculkaan aspek heroik seorang perempuan sebatang kara yang ingin
memperjuangkan hak-hak anak jalanan. Sepertinya penulis novel ini menitik
beratkan pada nilai atau pesan yang terkandung di dalam karnya, dibanding alur
sastra yang sistematis. Banyak hal yang dapat kita renungkan setelah membaca
novel ini terkait dengan permasalahan Bangsa. Di bagian lain, novel ini
merupakan salah satu buku yang memotret permasalahan sosial anak jalanan.
Fakta sosial ikut memperkaya novel
ini dalam menggambarkan kehidupan nyata masyarakat Indonesia, yang diulas
secara komprehensif. Misalnya, permasalahan susahnya akses kesehatan bagi
masyarakat miskin dan memandang sebelah mata terhadap anak jalanan. Novel ini
juga kiranya dapat menjadi motivasi oleh banyak orang dalam menempuh kehidupan
yang penuh lika-liku. Selain itu, Fanani ingin mencoba merekonstruksi sudut
pandang kita mengenai ruang lingkup anak jalanan.